tag:blogger.com,1999:blog-47317717431430014912024-02-18T17:56:41.325-08:00identitas senjacahaya vienahttp://www.blogger.com/profile/06377995288847229197noreply@blogger.comBlogger10125tag:blogger.com,1999:blog-4731771743143001491.post-44692689751570557842012-10-04T22:30:00.000-07:002012-10-04T22:30:16.278-07:00Lampu SenjaMenatap langit dalam redup purnama<br />
mencoba mencari bintang<br />
yang bersembunyi di balik awan malam<br />
<br />
Seketika memandang kerlip lampu kota<br />
dibawah rindang purnama<br />
<br />
Ah,<br />
Betapa ironisnya alam kehidupan<br />
<br />
Ketika langit sedang berduka di kala malam<br />
bertemankan redup purnama tanpa bintang<br />
<br />
Aku masih menemukanmu<br />
menggandengku di bawah terangnya lampu kota...cahaya vienahttp://www.blogger.com/profile/06377995288847229197noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4731771743143001491.post-2438191057788884392011-04-16T06:21:00.000-07:002011-04-16T06:21:48.079-07:00Birokrasi"Martin Albrow"<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi10IszRHF0r4Rlnru2yBoFIKYDclWHdI-28uiDbFYvvNLLWJ1EeDwy9ZsA33d3iEoaNsJBsi284q1LaxxQArU6Wb7nZ6xj373xLf_fQUkw60UPDgDcY_k4mle8KDDC2Mznu_5U_RnsS3RL/s1600/m.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi10IszRHF0r4Rlnru2yBoFIKYDclWHdI-28uiDbFYvvNLLWJ1EeDwy9ZsA33d3iEoaNsJBsi284q1LaxxQArU6Wb7nZ6xj373xLf_fQUkw60UPDgDcY_k4mle8KDDC2Mznu_5U_RnsS3RL/s200/m.jpg" width="133" /></a></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">RESUME BUKU<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Judul Buku : Birokrasi<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Penulis : Martin Albrow<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">oleh Cahaya Viena</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Kelahiran Konsep<span style="mso-tab-count: 1;"> </span><o:p></o:p></span></i></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Konsep-konsep yang lahir pada awal abad 19 tentang Birokrasi lahir dari berbagai cara pengungkapan yang berbeda. Seperti di Perancis penggunaan kata Birokrasi masih dibatasi pada karya-karya pembuat polemik dan Novel. Seperti seorang penulis yag bernama Balzac, dia memaparkan sindiran-sindiran tentang birokrasi didalam Novelnya, dan hal ini dianggap kritis. Tidak hanya Balzac di Perancis tetapi masih banyak tokoh lain dari berbagai Negara yang memberikan kritikan mereka terhadap Birokrasi yang pada waktu itu memang tengah menjadi trend di Eropa, seperti Jerman dan Prussia. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Seorang penulis Inggris John Stuart Mill didalam karyanya yang berjudul </span></div><a name='more'></a><i style="mso-bidi-font-style: normal;">Principles of political economy</i> dia menyusun teorinya sendiri yang menentang pada pemusatan segala ketrampilan dan pengalaman dalam menangani kepentingan-kepentingan besar ditangan birokrasi yang dominan dan semua kekuasaan yang mengorganiasasikan tindakan yang ada didalam masayarakat. Mill mengembangkan lagi pandangannya tentang Birokrasi lewat tulisan-tulisannya, <i style="mso-bidi-font-style: normal;">On Liberty (1859) dan consideration of representative government (1861)</i>. Ia membandingkan antara Demokrasi dengan Birokrasi yang ditekankan khiusus pada letak pengambilan keputusan dan kekuasaan yang sesungguhnya, tidak pada prosese seleksi formal badan-badan yang mungkin memeganng kekuasaan tertinggi. <o:p></o:p><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Sedangkan menurut teori kontinental, menganggap bahwa pertentangan tulisan bahasa Inggris dan Jerman tentang Birokrasi sangat besar. Max Weber sendiri mengakui bahwa konteks penulisan tentang Birokrasi dalam bahsa Inggris dan Jerman sangat bertentangan. Di Jerman gagasan tentang Birokrasi sangat terkait dengan perubahan-perubahan radikal dalam teori dan praktek administrasi, mengiringi kekalahan Prussia oleh Napoleon pada 1806. Yang pada waktu itu gagasan tentang Birokrasi didominasi oleh konsep <i style="mso-bidi-font-style: normal;">collegium</i> yang merupakan sebuah badan jabatan yang bertugas menasehati penguasa dan bertanggung jawab atas fungsi tertentu dari pemerintahan, seperti keuangan dan tatanan tertentu dalam undang-undang.yang pada nantinya sistem kolegial tersebut akan berubah menjadi Biro. Dan perubahan ini membawa perdebatan tersendiri antara Biro dengan Birokrasi. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">BAB II<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Rumuasan Klasik<o:p></o:p></span></i></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Moscha dan Michels<o:p></o:p></span></i></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Didalam The Ruling Class, Moscha membagi semua pemerintahan menjadi dua, yaitu Feodal dan Birokratis. Didalam Negara Feodal kelas yang berkuasa atau yang memerintah berstruktur sederhana. Setiap anggotanya yang menjalankan fungsi-fungsi ekonomi, perundang-undangan, administrasi atau militer dan masing-masing dapat menjalankan wewenang secara langsung dan personal terhadap seorang anggota kelas yang dipengaruhi. Sedangkan pada Negara Birokratis, fungsi-fungsi tersebut dipisah secara tajam dari satu sama lainnya dan menjadi kegiatan-kegiatan eksklusif dari bagian-bagian khusus kelas yang berkuasa, dan diantara bagian-bagian tersebut ada suatu kelompok yang karenanya suatu negara dianggap Birokratis. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Pandangan Moscha berbeda dengan pandangan Marxis, ia menolak pandangan yang disampaikan oleh kaum Marxis. Menurut Moscha apabila sebuah Birokrasi memonopoli kekayaan dan kekuatan militer disebut sebagai <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Absolutisme Birokratik</i>. Seperti halnya dengan pandangan Moscha yang memandang bahwa Birokrasi merupakan sebuah kebutuhan dinegara modern, Michels juga berpendapat yang sama. Michels berpendapat bahwa “ siapa yang membicarakan organisasi, menyebut oligarki “. Jeas apa yang disampaikan oleh Michels lebih las jika dibanding apa yang disampaikan oleh Moscha. Akan tetapi penyederhanaan konsep birokrasi menurut Michels dan Moscha mengarah pada penolakan secara dramatis terhadap struktur pemikiran demokratis konstitusional yang kompleks. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Max Weber : Teori Organisasi<o:p></o:p></span></i></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Weber memandang bahwa tingkah aku manusia biasanya diorientasikan pada seperangkat aturan (ordnung) yang berdasarkan analisis sosiologis. Tanpa aturan-aturan itu tidak mungkin untuk mengatakan apakah suatu tingkahlaku itu organisasional atau tidak. Menurut Weber aturan-aturan organisasi disebut dengan Tatanan Administrasi. Aspek terpenting dari tatanan administrasi ditentukan oleh siapa yang memberi perintah kepada siapa. Ia beranggapan bahwa birokrasi dan otoritas memiliki hubungan yang sangat erat, birokrasi tidak akan berjalan tanpa adanya otoritas adalah inti dari hubungan tersebut. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Max Weber : Konsep Birokrasi<o:p></o:p></span></i></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Weber tidak pernah mendefinisikan Birokrasi secara gamblang atau khusus. Ia menganggap bahwa kata Birokrasi digunakan karena memang sudah seperti bahsa sehari-hari. Jenis konsep umum dari Weber adalah tentang Birokrasi Patrimonial. Birokrasi Patrimonial ini berbeda dengan konsep Birokrasi yang paling rasional, karena pada dasarnya Birokrasi Patrimonial ini memandang keberadaan sebuah badan atau institusi. Menurut Weber dalam sebuah badan inlah dibutuhkan pejabat-pejabat yang nantinya akan memiliki otoritas, dengan otoritas inilah yang membuat pejabat berbeda dengan para pekerja (buruh).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Max Weber : Batas-batas Tentang Birokrasi<o:p></o:p></span></i></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Menurut Weber terdapat lima mekanisme daam membatasi otoritas-otoritas yang ada :<o:p></o:p></span></div><ol start="1" style="margin-top: 0cm;" type="1"><li class="MsoNormal" style="mso-list: l1 level1 lfo1; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Kolegalitas, bagi Weber Birokrasi dalam arti bahwa masing-masing tahapan hierarki jabatan seseorang dan hanya satu orang, memiliki tanggung jawab untuk mengambil suatu keputusan<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l1 level1 lfo1; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Pemisahan Kekuasaan, Birokrasi mencakup pembagian tugas-tugas dalam lingkup-lingkup fungsi yang berbeda secara relatif<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l1 level1 lfo1; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Administrasi Amatir, ketika suatu pemerintahan tidak menggaji para administraturnya maka Pemerintahan itu tergantung pada orang-orang yang memiliki sumber-sumber yang dapat memungkinkan mereka menghabiskan waktu tanpa digaji<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l1 level1 lfo1; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Demokrasi Langsung, ada beberapa cara untuk memastikan bahwa para pejabat dibimbing langsung oleh, dan dapat dipertanggungjawabkan pada suatu majelis<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l1 level1 lfo1; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Representasi (Perwakilan), <o:p></o:p></span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Perdebatan Bersama Weber<o:p></o:p></span></i></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Terdapat empat aliran pemikiran yang berpengaruh terhadap pandangan Weber :<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt; mso-list: l0 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span lang="IN" style="font-family: Wingdings; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: Wingdings; mso-fareast-font-family: Wingdings;"><span style="mso-list: Ignore;">Ø<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Administratur Jerman, hal ini dapat dilihat dari posisi Weber sebagai seorang hakim yang terlatih, dan juga dari tulisannya tentang sosiolog hukum yang monumental. Itu juga Administrasi Jerman merupakan sebuah bagian dari kurikulum Hukum yang normal<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt; mso-list: l0 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span lang="IN" style="font-family: Wingdings; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: Wingdings; mso-fareast-font-family: Wingdings;"><span style="mso-list: Ignore;">Ø<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Michels, kaitan yang jelas antara pandangan Weber dengan pandangan Michels adalah sama-sama menyajikan permasalahan hubungan Birokrasi dan Demokrasi abad 19<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt; mso-list: l0 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span lang="IN" style="font-family: Wingdings; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: Wingdings; mso-fareast-font-family: Wingdings;"><span style="mso-list: Ignore;">Ø<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Marx, disini Weber menyamakan posisi pejabat, memberikan tata urutan yang tidak berasal dari bukan dirinya sendiri, dengan posisi pekerja yang diambil dari Marx, yang tidak memiliki sesuatu kecuali tenaga buruhnya<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt; mso-list: l0 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span lang="IN" style="font-family: Wingdings; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: Wingdings; mso-fareast-font-family: Wingdings;"><span style="mso-list: Ignore;">Ø<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Gustav Schmoller, dimana dia mencoba menyamakan birokrasi dengan administrasi modern<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Max Weber mendapatkan kecaman dan kritikan hanya karena seringnya Weber menggunakan pembendaharaan yang tidak perlu, atau tata bahasa dari Weber bisa dikatakan berantakan<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Birokrasi dan Para Ideolog<o:p></o:p></span></i></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Karl Marx<o:p></o:p></span></i></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Marx mengintroduksi gagasan Birokrasi tersebut kedalam kritiknya terhadap konsepsi Hegel terhadap kekuasaan eksekutif suatu negara. Hegel Menulis dalam buku Philosophy of Right (1821), ia mengembangkan pendapat bahwa Negra merupakan suatu sarana untuk kepentingan umum yang berbeda dengan kepentingan yang terpisah dan kepentingan khusus para anggota masyarakat sispi. Hegel menunjukkan dua faktor penting untuk menjamin bahwa tindakan-tindakan para pejabat itu tidak melebihi batas-batas kepentingan umum. Pertama adalah sistem otoritas hierarkis. Kedua, independensi korporasi-korporasi dan komunitas-komunitas lokal yang mewujudkan kepentingan-kepentingan khusus kelompok-kelompok sosial tertentu.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Marx pada dasarnya keberatan terhadap cara Hegel menguji hubungan antara masyarakat dan negara mula-mula kedua-duanya terpisah, negara mewakili kepentingan umum, masyarakat mengejar kepentingan khusus, dan kemudian kedua-duanya disatukan kembali melalui pembagian-pembagian hierarki, hak-hak beabas untuk korporasi-korporasi dan moralitas tinggi pejabat. Namun, Marx sependapat dengan Hegel bahwa para birokrat merupakan pilar utama suatu kelas menengah, tetapi mempertanyakan jenis organisasi apa yang dapat dimiliki jika harus bergantung pada suatu keseimbangan kpentingan-kepentingan yang bertentantangan dari pejabat-pejabat dan kelompok-kelompok yang diistimewakan secara khusus lainnya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Marxis Akhir<o:p></o:p></span></i></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Tiadanya catatan Marx tentang birokrasi, menimbulkan dua masalah bagi pengikutnya. Disatu segi, mereka memiliki sangat sedikit pedoman tentang bagaimana suatu opartai revolusioner, dan setelah suatu revolusi, suatu negara sosialis harus diorganisir kedua, ketika suatu negara sosialis telah berdiri maka munculnya ciri-ciri dalam sistem administrasi yang tampak begitu mirip dengan yang dikutuk sebagai birokrasi dalam negara-negara borjuis tidak memiliki penjelasan teoretik yang mudah.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Kaum Fasis<o:p></o:p></span></i></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Sebagai lawan golongan Marxis, kaum fasis tidak hanya meletakkan teori suatu Negara pada pusat doktrin mereka, mereka juga berusaha memecahkan masalah hubungan individu dengan Negara, dengan menegaskan identitas kepentingan-kepentingan mereka. Otoritas, hierarkis kewajiban dipuji dan sekalipun ada usaha-usaha untuk menulis dengan huruf besar ketidakpopuleran pegawai negri, kaum fasis amat dingin dalam merebut Negra secara utuh dan menggunakannya untuk tujuanmereka sendiri agar dapat mengasingkan peralatan-peralatannya dengan demikian ideologi mereka adalah unik dalam memanggapi Birokrasi. </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Tujuh konsep modern tentang Birokrasi<o:p></o:p></span></i></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Konsep-konsep tentang Birokrasi yang akan disebutkan ini pada dasarnya adalah pengulasan dari bab-bab sebelumnya :<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt; mso-list: l2 level1 lfo3; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span lang="IN" style="font-family: Wingdings; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: Wingdings; mso-fareast-font-family: Wingdings;"><span style="mso-list: Ignore;">v<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Birokrasi sebagai organisasi rasional<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt; mso-list: l2 level1 lfo3; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span lang="IN" style="font-family: Wingdings; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: Wingdings; mso-fareast-font-family: Wingdings;"><span style="mso-list: Ignore;">v<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Birokrasi sebagai inefisiensi organisasi<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt; mso-list: l2 level1 lfo3; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span lang="IN" style="font-family: Wingdings; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: Wingdings; mso-fareast-font-family: Wingdings;"><span style="mso-list: Ignore;">v<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Birokrasi sebagai kekuasaan yang dijalankan oleh pejabat<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt; mso-list: l2 level1 lfo3; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span lang="IN" style="font-family: Wingdings; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: Wingdings; mso-fareast-font-family: Wingdings;"><span style="mso-list: Ignore;">v<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Birokrasi sebagai administrasi negara (publik)<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt; mso-list: l2 level1 lfo3; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span lang="IN" style="font-family: Wingdings; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: Wingdings; mso-fareast-font-family: Wingdings;"><span style="mso-list: Ignore;">v<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Birokrasi sebagai administrasi yang dijalankan oleh pejabat<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt; mso-list: l2 level1 lfo3; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span lang="IN" style="font-family: Wingdings; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: Wingdings; mso-fareast-font-family: Wingdings;"><span style="mso-list: Ignore;">v<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Birokrasi sebagai sebuah Organisasi<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt; mso-list: l2 level1 lfo3; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span lang="IN" style="font-family: Wingdings; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: Wingdings; mso-fareast-font-family: Wingdings;"><span style="mso-list: Ignore;">v<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Birokrasi sebagai masyarakat modern<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Birokrasi dan Teoretisi Demokrasi<o:p></o:p></span></i></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Perubahan Konteks Intelektual<o:p></o:p></span></i></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Dalam bab ini perhatian kita tujukan pada “masalah Birokrasi “ dan pemecahannya yang disarankan selama terdapat tipe-tipe pejabat negara dan seperangkat nilai-nilai yang dianggap merupakan bagian yang inheren dalam demokrasi yang sesungguhnya maka masalah Birokrasi ini akan meningkat terus. Sebagian teori konstitusional diabad ke-19 dipersembahkan untuk<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>mengelaborasi pembagian fungsi-fungsi antara organ-organ legislatif, eksekutif dan yudikatif negara Demokrasi.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Diagnosis Birokrasi<o:p></o:p></span></i></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Pendekatan yang berbeda pada fungsi-fungsi pejabat Negara mencakup interpretasi yang berbeda tentang apa yang dipahami oleh administrasi yang demokratik dan begitu juga mencakup perspektif yang berbeda terhadap masalah demokrasi.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div>cahaya vienahttp://www.blogger.com/profile/06377995288847229197noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4731771743143001491.post-30384135072276992242011-04-15T01:25:00.000-07:002011-04-15T01:25:18.450-07:00KORUPSI INDONESIAoleh Cahaya Viena<br />
<br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">System “ Satu Atap “ dalam penerimaan Birokrasi Pemerintah<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">Dan Hubungannya dengan Pemberantasan Budaya Korupsi di Indonesia<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Sebagaimana kita ketahui bahwa kondisi tingkat korupsi di Indonesia saat ini benar-benar memprihatinkan, banyak sekali aparat-aparat pemerintah yang terbukti mengantongi uang rakyat bermlyar-milyar bahkan bertriliyun rupah. Dalam prakteknya, korupsi sangat sukar bahkan hampir tidak mungkin dapat diberantas, oleh karena sangat sulit memberikan pembuktian-pembuktian yang nyata. Disamping itu sangat sulit mendeteksinya dengan dasar-dasar hukum yang pasti.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Namun akses perbuatan korupsi merupakan bahaya latent yang harus diwaspadai baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat itu sendiri. Korupsi adalah produk dari sikap hidup satu kelompok masyarakat yang memakai uang sebagai standard kebenaran dan sebagai kekuasaaan mutlak. Sebagai akibatnya, kaum koruptor yang kaya raya dan para politisi korup</span></div><a name='more'></a> yang berkelebihan uang bisa masuk ke dalam golongan elit yang berkuasa dan sangat dihormati. Mereka ini juga akan menduduki status sosial yang tinggi dimata masyarakat.<o:p></o:p><br />
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Kemudian jka kta bicara masalah Birokras di Indonesia, yang ada dalam benak kita adalah lembaga yang sering melakukan korups di Indonesia. Birokrasi kita terkenal berbelt-belit dan ribet dalam melaksanakan tugasnya, dan pada kenyataannya Birokrasi kita akan cepat kerja jika kita memberi uang tambahan dibelakang. Inilah yang menjadi awal mula maraknya korupsi diranah Birokrasi kita. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Korupsi di Indonesia<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Korupsi terjadi disebabkan adanya penyalahgunaan wewenang dan jabatan yang dimiliki oleh pejabat atau pegawai demi kepentingan pribadi dengan mengatasnamakan pribadi atau keluarga, sanak saudara dan teman. Boleh dikatakan korupsi telah menjadi akar dari semua permasalahan (the root of all evils) yang bergolak di Indonesia, terutama faktor yang berasal dari dalam negeri. Salah satu penyebab marak terjadinya tindak pidana korupsi adalah rendahnya akuntabilitas birokrasi publik.<a href="file:///D:/ADEK%20POENYA/IDENTITAS%20SENJA/TULISAN/SOSIAL/SOLUSI%20KORUPSI%20DI%20INDONESIA.rtf#_ftn1" name="_ftnref1" style="mso-footnote-id: ftn1;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[1]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> Melihat fenomena yang berkembang di Indonesia, birokrasi dan korupsi bisa diibaratkan seperti sekeping uang logam, keduanya tidak terpisahkan, dimana ada birokrasi disitu ada korupsi. Ini tentu mengkhawatirkan, korupsi telah memiliki struktur dan menjadi kultur dalam proses birokrasi. Korupsi sudah membentuk jaringan sistemik yang sangat kuat dalam lingkaran birokrasi Indonesia. Untuk itu perlu kiranya, mengkaji birokrasi guna mencari formulasi dalam melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Menurut Weber, tingkah laku manusia diarahkan kepada seperangkat aturan, sedangkan aturan tersebut merupakan usaha untuk mengatur tingkah laku yang berbeda, disinilah hakikat dari suatu organisasi, yaitu adanya aturan-aturan yang berbeda untuk mengarahkan pada suatu tingkah laku yang organisasional. Weber menyebut aturan-aturan tersebut sebagai tatanan administrasi. Di dalamnya kemudian ada staf administrasi (pejabat), pada satu sisi staf administrasi tersebut memiliki kewajiban untuk menaati aturan yang ada, namun di sisi lain dia juga harus melakukan pengawasan, apakah anggota yang lain juga mentaatinya. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Akibat-akibat korupsi yang terjadi d Indonesia antara lain sebagai berikut :<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><span style="mso-list: Ignore;">1)<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Tata ekonomi seperti larinya modal keluar negeri, gangguan terhadap perusahaan, gangguan penanaman modal.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><span style="mso-list: Ignore;">2)<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Tata sosial budaya seperti revolusi sosial, ketimpangan sosial.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><span style="mso-list: Ignore;">3)<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Tata politik seperti pengambil alihan kekuasaan, hilangnya bantuan luar negeri, hilangnya kewibawaan pemerintah, ketidakstabilan politik.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><span style="mso-list: Ignore;">4)<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Tata administrasi seperti tidak efisien, kurangnya kemampuan administrasi, hilangnya keahlian, hilangnya sumber-sumber negara, keterbatasan kebijaksanaan pemerintah, pengambilan tindakan-tindakan represif.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Secara umum akibat korupsi adalah merugikan negara dan merusak sendisendi kebersamaan serta memperlambat tercapainya tujuan nasional seperti yang tercantum dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Birokrasi di Indonesia<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 18.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 18.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Birokrasi sangat identik dengan pejabat dan jabatan, dalam sudut pandang sosiologi, model weberian khususnya, pejabat merupakan tipe peranan sosial yang penting. Bahwa pejabat adalah seseorang yang memiliki tugas-tugas khusus dan fasilitas yang dimilikinya dalam melaksanakan jabatannya merupakan pemberian dari orang lain. Perbedaan antara pejabat dan kelas pekerja adalah terdapat pada otoritasnya, dalam melaksanakan tugas. Seorang pejabat memiliki otoritas jabatan, sedangkan pekerja hanya melaksanakan perintah majikan.<a href="file:///D:/ADEK%20POENYA/IDENTITAS%20SENJA/TULISAN/SOSIAL/SOLUSI%20KORUPSI%20DI%20INDONESIA.rtf#_ftn2" name="_ftnref2" style="mso-footnote-id: ftn2;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[2]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> Bagi Max Weber, birokrasi merupakan bentuk organisasi yang paling rasional dalam masyarakat modern. Ciri-ciri birokrasi menurut Weber adalah:<a href="file:///D:/ADEK%20POENYA/IDENTITAS%20SENJA/TULISAN/SOSIAL/SOLUSI%20KORUPSI%20DI%20INDONESIA.rtf#_ftn3" name="_ftnref3" style="mso-footnote-id: ftn3;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[3]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l1 level1 lfo2; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><span style="mso-list: Ignore;">a)<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Sistem kewenangan yang hirarki, artinya hirarki jabatan dibagi secara jelas dan tegas; <o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l1 level1 lfo2; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><span style="mso-list: Ignore;">b)<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Pembagian kerja yang sistematis, artinya para pejabat hanya hanya menjalankan tugas-tugas impersonal sesuai dengan jabatannya; <o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l1 level1 lfo2; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><span style="mso-list: Ignore;">c)<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Spesifikasi tugas yang jelas, adanya pembagian fungsi jabatan; <o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l1 level1 lfo2; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><span style="mso-list: Ignore;">d)<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Kode etik disiplin dan prosedur yang jelas dan sistematis; <o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l1 level1 lfo2; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><span style="mso-list: Ignore;">e)<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Kontrol operasi melalui sistem aturan yang berlaku secara konsisten;<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l1 level1 lfo2; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><span style="mso-list: Ignore;">f)<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Aplikasi kaidah-kaidah umum ke hal-hal spesifik dengan konsisten; <o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l1 level1 lfo2; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><span style="mso-list: Ignore;">g)<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Seleksi pegawai yang didasarkan pada kualifikasi standar yang objektif; <o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l1 level1 lfo2; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><span style="mso-list: Ignore;">h)<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Sistem promosi berdasarkan senioritas atau jasa, atau keduanya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l1 level1 lfo2; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><span style="mso-list: Ignore;">i)<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Pejabat sangat mungkin tidak sesuai dengan pos jabatannya maupun dengan sumber-sumber yang tersedia di pos tersebut.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l1 level1 lfo2; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><span style="mso-list: Ignore;">j)<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Pejabat tunduk pada sistem disiplin dan kontrol yang seragam.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Perkembangannya, weber menolak menggunakan sebutan birokrasi, apabila diperuntukkan bagi pejabat yang dipilih atau seseorang yang diseleksi oleh sekumpulan orang. Dalam konteks sekarang, yang tidak termasuk dalam lingkaran birokrasi menurut Weber adalah mereka para anggota DPR dan komisi-komisi. Sebab, ciri utama dari pejabat birokrasi adalah mereka yang memperoleh jabatannya karena diangkat oleh orang lain. Weber mengatakan: “tidak ada pelaksanaan otoritas yang benar-benar birokratis, yakni semata-mata melalui pejabat yang dibayar dan diangkat secara kontraktual.” <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Birokrasi yang rasional merupakan unsur pokok dalam proses rasionalisasi dunia modern, dan kedudukannya adalah lebih penting dari pada proses sosial, sebab birokrasi rasional sangatlah berperan dalam memberikan arahan untuk memimpin suatu organiasi sosial –administrasi public.<a href="file:///D:/ADEK%20POENYA/IDENTITAS%20SENJA/TULISAN/SOSIAL/SOLUSI%20KORUPSI%20DI%20INDONESIA.rtf#_ftn4" name="_ftnref4" style="mso-footnote-id: ftn4;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[4]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> Teori inilah yang selanjutnya bisa menjadikan birokrasi sebagai kerangkeng besi dalam masayarakat modern, sebab ada kecenderungan yang melekat dalam birokrasi. Kecenderungan tersebut kemudian melahirkan adanya akumulasi kekuasaan yang terus-menerus, yang mengakibatkan terciptanya jaringan korupsi sistemik dan terstruktur dalam jalur biorokrasi. Oleh karenanya kemudian Weber memberikan batasan-batasan dalam sistem birokrasi. Batasan-batasan tersebut adalah:<a href="file:///D:/ADEK%20POENYA/IDENTITAS%20SENJA/TULISAN/SOSIAL/SOLUSI%20KORUPSI%20DI%20INDONESIA.rtf#_ftn5" name="_ftnref5" style="mso-footnote-id: ftn5;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[5]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l2 level1 lfo3; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Wingdings; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Wingdings; mso-fareast-font-family: Wingdings;"><span style="mso-list: Ignore;">Ø<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">kolegalitas, dalam artian bahwa kolegalitas harus dikurangi;<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l2 level1 lfo3; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Wingdings; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Wingdings; mso-fareast-font-family: Wingdings;"><span style="mso-list: Ignore;">Ø<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Adanya pemisahan kekuasaan;<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l2 level1 lfo3; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Wingdings; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Wingdings; mso-fareast-font-family: Wingdings;"><span style="mso-list: Ignore;">Ø<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Administrasi amatir, bahwa para pegawai adminsitrasi harus digaji secara layak, agar tidak tergantung kepada orang-orang yang memiliki sumber keuangan yang kuat; <o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l2 level1 lfo3; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Wingdings; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Wingdings; mso-fareast-font-family: Wingdings;"><span style="mso-list: Ignore;">Ø<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Adanya demokrasi langsung;<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l2 level1 lfo3; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Wingdings; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Wingdings; mso-fareast-font-family: Wingdings;"><span style="mso-list: Ignore;">Ø<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">adanya representasi atau perwakilan dalam birokrasi.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Birokrasi sekarang sudah menjadi sarang terjadinya tindak pidana korupsi. Amunisi macam apakah yang kemudian bisa digunakan untuk memberantasnya. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">System “ Satu Atap “ dalam proses penerimaan Birokrasi<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Yang dimaksud dengan system satu atap disini adalah bahwa Pemerintah dalam hal n Presiden secara langsung membentuk satu badan yang khusus menangani masalah penermaan Birokrasi di Indonesia. Dalam hal ni badan yang dibentuk n nantinya ditempatkan disatu tempat untuk menangani penerimaan Pegawai Birokrasi atau calon-calon birokrat diseluruh Indonesia. Ada beberapa alasan kenapa perlu membentuk badan ini :<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l3 level1 lfo4; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Wingdings; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Wingdings; mso-fareast-font-family: Wingdings;"><span style="mso-list: Ignore;">Ø<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">untuk menghindari praktk korupsi terselubung dalam proses penermaan birokrat, dimana sudah menjadi rahasia umum bahwa dalam pelaksanaan penerimaan calon birokrat selalu ada uang suap agar dapat lolos seleksi. Hal ini nantinya akan dapat menimbulkan system balik modal bagi mereka yang masuk dengan jalan menyogok ini, inilah awal dari terlaksananya korupsi di Indonesia. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l3 level1 lfo4; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Wingdings; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Wingdings; mso-fareast-font-family: Wingdings;"><span style="mso-list: Ignore;">Ø<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Untuk menghindari opnum-opnum pemerintah yang memanfaatkan situasi ini dengan meraup keuntungan sebesar-besarnya dari para calon birokrat.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 18.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Kenapa tanggung jawab langsung ada pada Presiden adalah agar lebh efektif dan cepat tanggap, maksudnya jika ada masalah nantinya tidak tertunda-tunda dan langsung cepat tanggap. Badan ini harus lepas dari intervensi politik dan bahkan presiden pun hanya bertanggung jawab tidak boleh mengganggu kinerja mereka kecuali memang ada yang tertangkap basah melakukan KKN. Jka terdapat satu orang yang tertangkap melakukan tindak korupsi maka Presiden langsunglah yang berhak untuk merestrukturisasi badan ini. Kenapa harus Presiden? Hal ni karena kondisi tingkat korupsi di Indonesia yang cukup parah dan mengharuskan Presiden sebagai kepala Negara wajib untuk menanganinya langsung. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Dan juga yang tak kalah penting adalah status kepegawaian dari para pekerja dibadan ini tidak boleh berstatus PNS tetap hanya berstatus kontrak tapi dengan gaji yang lebih hal ini untuk menghindari terjadnya korupsi dan status kepegawaian ini agar para pekerjanya tidak seenaknya sendiri dan dapat langsung dipecat jika memang terbukti bersalah.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Hal ini karena pada dasarnya Birokrasi Indonesia lebih identik dengan sebutan mental uang. Karena untuk menjadi pegawai birokrasi saja, beberapa orang rela mengeluarkan uang dalam jumlah yang besar. Sehingga dalam setiap ujian penyaringan CPNS, ada saja terdengar kabar terjadinya pemberian uang sogok dimana-mana demi kelulusan seseorang. Hal inilah yang membangkitkan semangat koruptif secara turun temurun demi mengembalikan sejumlah uang yang dikeluarkan pada saat berjuang menjadi seorang pegawai negeri sipil. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Di samping itu, karakter berlomba lomba menjadi PNS juga telah menjadi “trend” dalam dunia kawula muda yang telah lulus dari perguruan tinggi. Alasan mendasarnya adalah lagi-lagi masalah uang. Yaitu terdapatnya jaminan penghasilan seumur hidup apabila dibandingkan dengan ketidak pastian pekerjaan swasta yang gampang melakukan PHK karena ketidak stabilan perekonomian. Di sisi lain, niat baik pemerintah menaikkan gaji dan tunjangan PNS khususnya di lingkungan. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">System satu atap ini memang tidak gampang untuk dijalankan akan tetapi jka memang pemerintah memiliki niat untuk memunahkan budaya korupsi di Indonesia semua harus dilaksanakan dengan tegas dan teratur.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div style="mso-element: footnote-list;"><!--[if !supportFootnotes]--><br clear="all" /> <hr align="left" size="1" width="33%" /> <!--[endif]--> <div id="ftn1" style="mso-element: footnote;"> <div class="MsoFootnoteText"><a href="file:///D:/ADEK%20POENYA/IDENTITAS%20SENJA/TULISAN/SOSIAL/SOLUSI%20KORUPSI%20DI%20INDONESIA.rtf#_ftnref1" name="_ftn1" style="mso-footnote-id: ftn1;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt;"><span style="mso-special-character: footnote;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[1]</span></span><!--[endif]--></span></span></span></a><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;"> Wahyudi Kumorotomo, Akuntabilitas Birokrasi Publik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hal. V. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoFootnoteText"><br />
</div></div><div id="ftn2" style="mso-element: footnote;"> <div class="MsoFootnoteText"><a href="file:///D:/ADEK%20POENYA/IDENTITAS%20SENJA/TULISAN/SOSIAL/SOLUSI%20KORUPSI%20DI%20INDONESIA.rtf#_ftnref2" name="_ftn2" style="mso-footnote-id: ftn2;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt;"><span style="mso-special-character: footnote;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[2]</span></span><!--[endif]--></span></span></span></a><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;"> Martin Albrow, Op.Cit., (hal.34-40)</span></div></div><div id="ftn3" style="mso-element: footnote;"> <div class="MsoFootnoteText"><a href="file:///D:/ADEK%20POENYA/IDENTITAS%20SENJA/TULISAN/SOSIAL/SOLUSI%20KORUPSI%20DI%20INDONESIA.rtf#_ftnref3" name="_ftn3" style="mso-footnote-id: ftn3;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: minor-latin;"><span style="mso-special-character: footnote;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">[3]</span></span><!--[endif]--></span></span></span></a> <span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">Jurnal Wacana Edisi 14 Tahun III 2002, Korupsi; Sengketa Antara Negara dan Modal, (Yogyakarta: Insist Press), hal. 51. diambil dari Denny B.C. Hariandja, 1999. Lihat juga Martin Albrow, Birokrasi (terj), (Yogyakarta: Tiara Wacana 2005), hal.44-45.</span></div></div><div id="ftn4" style="mso-element: footnote;"> <a href="file:///D:/ADEK%20POENYA/IDENTITAS%20SENJA/TULISAN/SOSIAL/SOLUSI%20KORUPSI%20DI%20INDONESIA.rtf#_ftnref4" name="_ftn4" style="mso-footnote-id: ftn4;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[4]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> Ibid. hal. 41-42.<br />
</div><div id="ftn5" style="mso-element: footnote;"> <div class="MsoFootnoteText"><a href="file:///D:/ADEK%20POENYA/IDENTITAS%20SENJA/TULISAN/SOSIAL/SOLUSI%20KORUPSI%20DI%20INDONESIA.rtf#_ftnref5" name="_ftn5" style="mso-footnote-id: ftn5;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt;"><span style="mso-special-character: footnote;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[5]</span></span><!--[endif]--></span></span></span></a><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;"> Ibid. hal. 48-49</span></div></div></div>cahaya vienahttp://www.blogger.com/profile/06377995288847229197noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4731771743143001491.post-22860270629902210582011-04-04T06:25:00.000-07:002011-04-04T06:29:53.403-07:00NASIONALISME DAN NEOLIBERALISME DI INDONESIA<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman', serif;">oleh : cahaya viena</span></div><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">NASIONALISME</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Realita yang menunjukkan bahwa banyak Warga Indonesia yang lebih memilih produk luar negri disbanding dengan produk dalam negri, banyaknya orang yang lebih memilih berlibur keluar negri disbanding untuk menjelajahi Nusantara, dan semakin sedikit orang yang mengenal budaya asli dari Indonesia. Kenyataan yang menunjukkan bahwa banyak sekali Mahasiswa ilmu pemerintahan yang tidak hafal isi dari Pancasila, bahkan tidak hafal isi dari sumpah pemuda, bahkan tidak hanya Mahasiswa Ilmu Pemerintahan, tetapi juga sebagian besar anak muda-anak muda di Indonesia yang notabenenya adalah penerus bangsa. Kalau Pancasila dan Isi dari ikrar Sumpah pemuda saja tidak hafal bagaimana bisa Negara ini berkembang sesuai dengan teori “<i style="mso-bidi-font-style: normal;">ideology dan falsafah</i> “ bangsa Indonesia. Kemudian akan ada pertanyaan</span></div><a name='more'></a>“ <i style="mso-bidi-font-style: normal;">dimana rasa nasionalisnme kita</i>? “ bahkan muncul indikasi bahwa kita tidak mengetahui makna dari Nasionalisme itu sendiri, inilah realita yang saat ini terjadi dan bahkan merebak didalam tubuh masyarakat sekarang. Mengaku Nasionalisme tapi tidak tahu makna dari Nasionalisme. Inilah yang akan kita bahas lebih deail lagi dalam makalah ini.<o:p></o:p><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Realita lain yang saat ini sedang merebak penuh di dalam lingkar kehidupan Negara ini adalah tentang Neoliberalisme. Neoliberalisme yang berkembang dari kesuksesan system liberalism saat ini tengah menjadi trend baru dibeberapa Negara termasuk di Indonesia. Ketika pada realita yang ada saat ini Negara tidak lagi mempedulikan tujuan dari Negara itu sendiri yang telah tertuang dalam Undang-undang dasar <i style="mso-bidi-font-style: normal;">tentang mewujudkan kesejahteraan bangsa</i>, sekarang ini yang disejahterakan bukan rakyat secara keseluruhan akan tetapi rakyat yang berada diatas saja. Mungkin benar bahwa ini adalah dampak dari globalisasi, karena bagaimanapun juga banyak yang menyimpulkan bahwa Neoliberalisme adalah anak kandung dari globalisasi. Ketika pemerintah memutuskan untuk melakukan banyak privatisasi, banyaknya SDA yang diambil alih oleh pihak asing, dan ekonomi bawah yang carut marut, banyak orang mati karena kelaparan, banyak bayi yang meninggal karena busung lapar dan masih banyak lagi hal-hal yang seharusnya menjadi kewajiban Negara untuk menyediakannya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Nasionalisme dan Neoliberalisme inilah hal yang saat ini sedang bercokol di Indonesia, krisis rasa nasionalisme pada diri Warga Negara Indonesia dan juga system Neoliberalisme yang semakin merajalela dalam lingkup kehidupan politik di Indonesia. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 300%;">Nasionalisme dapat berarti dalam banyak hal, akan tetapi di Negara Indonesia ini sendiri Nasionalisme seringkali diartikan sebagai rasa kebangsaan. Rasa cinta terhadap Bangsa dan Negara, terhadap tanah air dan terhadap tanah kelahiran. Dulu pada jaman Pra kemerdekaan mungkin kita dapat melihat semangat nasionalis yang tinggi dari para pemuda-pemuda yang tergerak untuk merebut kemerdekaan, ketika para pejuang dengan penuh semangat untuk menjunjung tinggi harkat dan martabat bangsa, akan tetapi jika kita lihat sekarang ini banyak anak muda yang merasa malu jika disebut sebagai orang Indonesia. Bahkan ketika ditanyai masalah ideology bangsa mereka tidak bisa menyebutkan isi-isi dari Pancasila, inikah penerus bangsa yang mulai diidam-idamkan oleh para pejuang kita. Ketika mereka ( para penerus bangsa ) lebih dapat menghafal lagu-lagu luar negri dibanding lagu Indonesia Raya, ketika mereka lebih bangga berbahasa Inggris disbanding dengan bahasa Indonesia, ketika bahasa jawa atau bahasa daerah lainnya juga sudah mulai punah, dari mana kita dapat menarik kata Nasionalisme dari kejadian-kejadian tersebut.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 300%;"></span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 48px;">NEOLIBERALISME</span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif;">Dalam sejarahnya Liberalisme adalah sekumpulan gagasan dan sikap, bukan kerangkateori yang koheren<a href="file:///D:/ADEK%20POENYA/Kuliah-Q/semester3/pemkran%20&amp;%20ideolo%20pol/tugas/nasionaisme.rtf#_ftn1" name="_ftnref1" style="mso-footnote-id: ftn1;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt; line-height: 300%;">[1]</span></span></span></a>. Lalu bagaimana sejarahnya sebuah Neoliberalisme itu muncul, Neo berarti baru atau modern dan liberal berarti bebas, isme adalah ajaran. Kita dapat menyimpulkan bahwa Neoliberalisme adalah paham liberalis yang modern atau baru. Berikut adalah rentetan sejarah perkembangan Neoliberalisme di Indonesia, Neoliberalisme di Indonesia dapat ditelusuri ketika Indonesia mulai memasuki era Pemerintahan Orde Baru sejak Maret 1966. Ketika kebijakan Orde Baru (Orba) lebih berpihak pada Barat. Dengan membaiknya politik Indonesia dengan negara-negara Barat maka arus modal asing mulai masuk ke Indonesia. Penanaman Modal Asing (PMA) dan utang luar negeri mulai meningkat. <o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif;">Menjelang awal tahun 1970-an, atas kerja sama dengan Bank Dunia, Dana Moneter Internasional (IMF), dan Bank Pembangunan Asia (ADB) dibentuk suatu konsorsium Inter-Government Group on Indonesia (IGGI) yang terdiri atas sejumlah negara industri maju untuk membiayai pembangunan di Indonesia. Saat itulah Indonesia dianggap telah menggeser sistem ekonominya dari Sosialisme ke arah semi Kapitalisme.<o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif;">Memasuki periode akhir 1980-an dan awal 1990-an,sistem ekonomi di Indonesia terus mengalami pergeseran. Kebijakan ekonomi Pemerintah banyak dibawa ke arah liberalisasi ekonomi; baik libelarisasi sektor keuangan, sektor industri, maupun sektor perdagangan. <br />
Pakto '88 dapat dianggap sebagai titik tonggak kebijakan liberalisasi ekonomi di Indonesia. Menjamurnya industri perbankan di Indonesia, yang selanjutnya diikuti dengan terjadinya transaksi utang luar negeri perusahaan-perusahaan swasta yang sangat pesat, mewarnai percaturan ekonomi liberal Indonesia saat itu. Masa pembangunan ekonomi Orba pun akhirnya berakhir. Puncak kegagalan dari pembangunan ekonomi Orba ditandai dengan meledaknya krisis moneter yang diikuti dengan ambruknya seluruh sendi-sendi perekonomian Indonesia. Pasca krisis moneter, memasuki era reformasi, ternyata kebijakan perekonomian Indonesia semakin liberal. Dengan mengikuti garis-garis yang telah ditentukan oleh IMF Indonesia benar-benar telah menuju <b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;">liberalisasi ekonomi</i></b>. Hal itu, paling tidak, dapat diukur dari beberapa indikator utama yaitu:<o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 150%; margin-left: 85.5pt; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -49.5pt;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif;">1.<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span></span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif;">Dihapuskannya berbagai subsidi Pemerintah secara bertahap dan diserahkannya harga barang-barang strategis ke mekanisme pasar.<o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 150%; margin-left: 85.5pt; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -49.5pt;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif;">2.<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span></span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif;"> Nilai kurs rupiah diambangkan secara bebas (floating rate) sesuai dengan kesepakatan dalam LoI dengan pihak IMF, artinya harus dikembalikan pada mekanisme pasar.<o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 150%; margin-left: 85.5pt; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -49.5pt;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif;">3.<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span></span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif;">Privatisasi BUMN, yaitu dengan menjualnya kepada pihak swasta, baik swasta nasional maupun asing.<o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 150%; margin-left: 85.5pt; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -49.5pt;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif;">4.<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span></span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif;"> Peran serta Pemerintah Indonesia dalam kancah WTO dan Perjanjian GATT, yang semakin memperjelas komitmen Indonesia untuk masuk dalam 'kubangan' liberalisasi ekonomi dunia atau Kapitalisme global.<o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif;"><br />
Dampak ekonomi Neoliberal bagi Indonesia setidaknya ada 3 yaitu:<o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 150%; margin-left: 36.0pt; mso-list: l1 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif;">1.<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span></span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif;">Dikuasainya sektor kepemilikan umum oleh swasta. Akibat menganut sistem mekanisme pasar bebas Pemerintah Indonesia harus melepaskan perannya dalam berbagai pengelolaan ekonomi yang ditandai dengan banyak dikuasainya sektor-sektor yang mengusai hajat hidup orang banyak (sektor kepemilikan umum) --baik dengan cara langsung maupun melalui proses privatisasi BUMN oleh swasta. Sebagai contoh di bidang kehutanan. Sejarah industri perkayuan berawal dari pemberian Hak Pengusaha Hutan (HPH). Ditandai dengan keluarnya PP No 21 Tahun 1970 tentang Hak Pengusahaan Hutan (HPH) dan Hak Pemungutan Hasil Hutan (HPHH). <o:p></o:p></span></div><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 11pt; line-height: 300%;">Dengan luas hutan tropis yang sangat menjanjikan pada waktu itu, yaitu 143,7 juta hektar atau sekitar 76% luas daratan Indonesia, Pemerintah berharap pemberian HPH tersebut dapat menopang pembangunan Indonesia. Namun, apa yang terjadi? Pada masa Orde Baru, rata-rata hasil eksploitasi hutan di Indonesia setiap tahunnya adalah 2,5 US$ miliar. Dari hasil itu, yang masuk ke dalam <b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;">kas negara hanya 17%</i></b>, sedangkan sisanya sebesar <b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;">83% masuk ke kantong pengusaha HPH</i></b>. Pada masa Orba tersebut, sebagian besar hutan di Indonesia sudah dikuasai oleh dua belas (12) grup besar melalui 109 perusahaannya. Memasuki masa Orde Reformasi Indonesia tinggal menuai getahnya.</span> <br />
<div style="mso-element: footnote-list;"><br />
<hr align="left" size="1" width="33%" /></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 48px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: small; line-height: normal;"><a href="file:///D:/ADEK%20POENYA/Kuliah-Q/semester3/pemkran%20&amp;%20ideolo%20pol/tugas/nasionaisme.rtf#_ftnref1" name="_ftn1" style="mso-footnote-id: ftn1;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: Calibri, sans-serif;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: Calibri, sans-serif; font-size: 10pt; line-height: 300%;">[1]</span></span></span></span></a></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: small; line-height: normal;"> </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: small; line-height: normal;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">Michael A. Riff, Kamus Ideologi Politik Modern, hal 177, Yogyakarta : pustaka Pelajar,1995</span></span> </span></div>cahaya vienahttp://www.blogger.com/profile/06377995288847229197noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4731771743143001491.post-62103240065427918092011-02-10T03:02:00.000-08:002011-02-10T03:02:11.793-08:00untitled<div class="MsoNormal"><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;">oleh : cahaya viena</span></span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;">.......<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;">Sakit...<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;">Hatiku berkata sakit...<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;">Tapi rasioku berkata tahan...<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;">Nuraniku capek untuk menjerit...<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;">Tapi mataku menangis tanda kerapuhan...<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;">Sampai kapan...<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;">Hiduppun tak ada semangat lagi,<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;">Tak ada benderang lampu yang menyinari lagi...<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;">Simfoni hidupku berhenti untuk berputar mengiringiku...<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;">Cinta....<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;">Cinta yang dalam mungkin penyebabnya...</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Harlow Solid Italic';"><o:p></o:p></span></span></div>cahaya vienahttp://www.blogger.com/profile/06377995288847229197noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4731771743143001491.post-88363445856456449092011-02-10T02:48:00.000-08:002011-02-10T02:48:56.904-08:00NEGERI IMPIAN<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman', serif;">oleh : Cahaya viena</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Oleh mimpi-mimpi masyarakat Indonesia<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> indonesia tanah air beta<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> pusaka abadi nan jaya…<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> indonesia sejak dulu kala,<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> slalu di puja-puja bangsa…<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> disana tempat lahir beta..<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sepenggal syair dari salah satu lagu kebangsaan yang dapat membuat kita akan teringat kembali, bagaimana perjuangan para pejuang-pejuang bangsa kita yang tak runtuh tekadnya utuk dapat memerdekakan bangsa ini. Tapi pada kenyataannya kita dapat lihat sekarang, apakah bangsa Indonesia telah merdeka seperti yang selalu kita rayakan tiap tanggal 17 Agustus tersebut. Kemerdekaan yang mana yang selalu dibangga-banggakan oleh mereka-mereka yang memegang kendali pemerintahan???<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Masih pantaskah tanggal 17 Agustus kita rayakan sebagai hari kemerdekaan, jika niat kita hanya untuk menghargai perlawanan para pahlawan kita?</span></i></div><a name='more'></a><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><o:p></o:p></i><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Masih terlalu banyak rakyat Indonesia yang tidak pernah merasa bebas hidup dinegara mereka sendiri. Bagaimana bisa, pemerintah yang hakikatnya hanyalah sebuah pelayan masyarakat pada kenyataannya mengusir dengan paksa dan kekerasan para pedagang kaki lima yang mencari uang untuk dapat memberikan mereka hidup. Dalam suatu negara Demokrasi seperti Indonesia ini, Rakyat adalah satu-satunya tujuan dalam tugas dan fungsi kerja mereka. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Maka kita dapat mengatakan bahwa pemerintah adalah pelayan masyarakat, dan tidak seharusnya seorang pelayan mengusir majikannya sendiri. Seharusnya pemimpin Negara Demokrasi ini menangis ketika melihat rakyatnya menahan luka karena mahalnya biaya pengobatan, menahan lapar ketika rakyatnya harus rela mengais sampah karena mahalnya harga sembako, tapi pada kenyataannya tidak!!. Masihkah kita dapat menyebutkan bahwa Negara kita ini Negara Demokrasi???? Karena yang sekarang terjadi adalah Demokrasi Borjuis, dimana pemerintahan oleh rakyat, dari rakyat dan untuk penguasa.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> Apa pernah ada orang tua yang rela melihat anaknya tidur dijalanan, dan harus bersembunyi ketika para seragam hijau menangkapi mereka hanya karena alasan keindahan tata kota! Subhanallah. Dimana mata para petinggi yang terhormat tersebut memandang, apakah agar kotanya dipuji-puji keindahannya dan mendapatkan penghargaan tahunan harus mengusir anak-anak yang memang terlantar? Apakah sebuah piala lebih berharga dari nasib seorang anak manusia?<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Indonesia adalah negara yang besar, kaya akan sumber daya alam yang melimpah ruah, dengan gugusan pulaunya yang indah, banyak sekali potensi yang dapat dihasilkan oleh berbagai sektor. Kaya dari luarnya saja, tetapi sangat miskin jika dilihat dengan kaca pembesar. Lalu jangan pernah salahkan mereka yang memberontak dimana-mana, karena memang pemberontakan mereka memiliki alas an yang jelas, jangan salahkan pula jika banyak orang berbondong-bondong lari keluar negri karena merasa tidak aman di Negaranya sendiri. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div>cahaya vienahttp://www.blogger.com/profile/06377995288847229197noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4731771743143001491.post-27682751742257027372011-02-10T02:30:00.000-08:002011-02-10T02:35:09.036-08:00look at me<div style="background: white; border: solid #31849B 1.0pt; mso-border-alt: solid #31849B .5pt; mso-element: para-border-div; padding: 15.0pt 15.0pt 15.0pt 15.0pt;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhHAoUtr9B3HQYj0qxIFIQRYpEV5Rq9D817K8xhgky0ulME081vPaf8IyIGZSs6960EtMr9MA_DC55kwaolpZLa608dEkp9CjhwNc7CgB-puoFKjgEs-9UfSu9wuHla5EN2d18cCiunFja3/s1600/adi+tman+kami.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="135" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhHAoUtr9B3HQYj0qxIFIQRYpEV5Rq9D817K8xhgky0ulME081vPaf8IyIGZSs6960EtMr9MA_DC55kwaolpZLa608dEkp9CjhwNc7CgB-puoFKjgEs-9UfSu9wuHla5EN2d18cCiunFja3/s200/adi+tman+kami.jpg" width="200" /></a></div><div class="MsoNormal" style="background: white; border: none; mso-border-alt: solid #31849B .5pt; mso-padding-alt: 15.0pt 15.0pt 15.0pt 15.0pt; padding: 0cm;"><i><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="color: #4bacc6;"> </span><span class="Apple-style-span" style="color: blue;">Ketika aku hidup,<o:p></o:p></span></span></i></div><div class="MsoNormal" style="background: white; border: none; mso-border-alt: solid #31849B .5pt; mso-padding-alt: 15.0pt 15.0pt 15.0pt 15.0pt; padding: 0cm;"><i><span style="color: blue; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Aku mulai bertanya…<o:p></o:p></span></i></div><div class="MsoNormal" style="background: white; border: none; mso-border-alt: solid #31849B .5pt; mso-padding-alt: 15.0pt 15.0pt 15.0pt 15.0pt; padding: 0cm;"><i><span style="color: blue; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Ketika aku mulai menapaki hidup,<o:p></o:p></span></i></div><div class="MsoNormal" style="background: white; border: none; mso-border-alt: solid #31849B .5pt; mso-padding-alt: 15.0pt 15.0pt 15.0pt 15.0pt; padding: 0cm;"><i><span style="color: blue; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Aku sudah merasa bosan untuk bertanya…<o:p></o:p></span></i></div><div class="MsoNormal" style="background: white; border: none; mso-border-alt: solid #31849B .5pt; mso-padding-alt: 15.0pt 15.0pt 15.0pt 15.0pt; padding: 0cm;"><i><span style="color: blue; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Dan ketika aku lelah untuk berjalan dalam kehidupanku,<o:p></o:p></span></i></div><div class="MsoNormal" style="background: white; border: none; mso-border-alt: solid #31849B .5pt; mso-padding-alt: 15.0pt 15.0pt 15.0pt 15.0pt; padding: 0cm;"><i><span style="color: blue; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Bibirku terasa lelah untuk terus bertanya…<o:p></o:p></span></i></div><div class="MsoNormal" style="background: white; border: none; mso-border-alt: solid #31849B .5pt; mso-padding-alt: 15.0pt 15.0pt 15.0pt 15.0pt; padding: 0cm;"><span style="color: blue; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><i>Hanya bertanya, bertanya dan bertanya…<o:p></o:p></i></span></div><div class="MsoNormal" style="background: white; border: none; mso-border-alt: solid #31849B .5pt; mso-padding-alt: 15.0pt 15.0pt 15.0pt 15.0pt; padding: 0cm;"><span style="color: blue; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><i>Apa, mengapa, bagaimana, dan untuk apa…<o:p></o:p></i></span></div><div class="MsoNormal" style="background: white; border: none; mso-border-alt: solid #31849B .5pt; mso-padding-alt: 15.0pt 15.0pt 15.0pt 15.0pt; padding: 0cm;"><span style="color: blue; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><i>Aku hidup jika hidupku terus menderita seperti ini….<o:p></o:p></i></span></div><div class="MsoNormal" style="background: white; border: none; mso-border-alt: solid #31849B .5pt; mso-padding-alt: 15.0pt 15.0pt 15.0pt 15.0pt; padding: 0cm;"><span style="color: blue; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><i>Aku berjalan jika perjalanan saja tak menginginkan aku untuk berjalan ditanahnya…<o:p></o:p></i></span></div><div class="MsoNormal" style="background: white; border: none; mso-border-alt: solid #31849B .5pt; mso-padding-alt: 15.0pt 15.0pt 15.0pt 15.0pt; padding: 0cm;"><i><span class="Apple-style-span" style="color: blue;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">Haruskah Tuhan yang turun tangan u</span><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">n</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">tuk menjawabnya jika aku masih memiliki Negara yang menaungiku???<o:p></o:p></span></span></i></div><div class="MsoNormal" style="background: white; border: none; mso-border-alt: solid #31849B .5pt; mso-padding-alt: 15.0pt 15.0pt 15.0pt 15.0pt; padding: 0cm;"><i><span style="color: blue; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> </span></i><span style="color: #4bacc6; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div></div>cahaya vienahttp://www.blogger.com/profile/06377995288847229197noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4731771743143001491.post-2957796422380951552011-02-08T20:47:00.000-08:002011-02-08T21:26:43.251-08:00Mari'ah<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: x-small;"><span class="Apple-style-span" style="line-height: 150%;"> </span><span class="Apple-style-span" style="line-height: 31px;">oleh : cahaya viena</span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Aku terus menyusuri gang-gang sempit yang kotor dan becek karena hujan tadi sore. Begitu sepi gang ini sampai-sampai aku dapat terperanjat ketika mendengar suara tikus got melewatiku. Rumahku masih dua belokan gang lagi akan tetapi peluh sudah membasahi seluruh bajuku petang ini, kudorong gerobak tempatku menjajakan makanan dengan penuh tenaga berharap cepat sampai didepan rumah. Rumah-rumah kumuh didaerah pinggiran kota besar sangat mengenaskan keadaannya, bahkan kerbaupun tak akan mau menempatinya. Tapi apalah artinya kami yang hanya orang-orang terpinggirkan dalam <i style="mso-bidi-font-style: normal;">era globalisasi</i> yang selalu dijadikan kiblat oleh </span></div><a name='more'></a>orang-orang jaman sekarang, aku sering melihat di TV berita tentang Globalisasi itu, meskipun aku sendiri tidak mengerti apa maksudnya. Satu kata yang mau tidak mau harus kami terima sebagai orang-orang yang terpiggirkan ucapkan setiap hari <i style="mso-bidi-font-style: normal;">“nrimo “.</i> <i style="mso-bidi-font-style: normal;"><o:p></o:p></i><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Andai aku tidak pernah datang ke Jakarta yang penuh dengan mimpi-mimpi buruk ini. Andai emak tidak meninggal mungkin aku akan tetap hidup nyaman dan layak dikampung. Andai bapak tidak bejat...ah, bapak. Apa mungkin aku masih bisa memanggilmu bapak setelah tindakan bejatmu itu....<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Aku menghentikan langkahku sejenak memandang kerlip lampu kota dikejauhan. Betapa megahnya lampu-lampu itu menyala, menyorotkan keangkuhan dari gelimang harta, menawarkan sejuta harapan dari kerlip lampu yang bersinar. Kutatap lagi sebuah gedung yang menjulang tinggi, besar dan kokoh seakan-akan mengatakan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">“ bersujudlah padaku dunia“</i>. Aku hanya tersenyum miris membayangkan jika gedung itu benar-benar bisa berkata seperti itu. Aku melanjutkan perjalananku pulang sambil terus memikirkan kenapa harus ada ketidakadilan dalam Negara yang selalu menggembar-gemborkan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Demokrasi</i>. Aku sendiri hanya tamatan SD, masih bisa membaca tapi tak pernah tahu persis apa itu artinya Demokrasi. Kata orang-orang disekitarku Negara ini menganut sistem Demokrasi yang semuanya itu berpusat pada rakyat. Tapi aku hanya dapat merasakan adanya Demokrasi seperti yang orang-orang katakan itu hanya saat pemilu saja. Aku sebagai wong cilik akan sangat senang jika diberi barang-barang yang dapat menunjang hidupku seperti uang, sembako, makanan, secara Cuma-Cuma, dan itu dapat aku terima saat-saat pemilu saja, dan itulah yang slama ini aku ketahui sebagai Demokrasi.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Aku rindu pada kampung halaman yang menawarkan sejuta kedamaian dan keramahannya. Akurindu pada orang-orang desaku yang begitu baik memberikanku uang untuk lari bersama adik-adikku kesini. Andai mereka tahu kalau Jakarta ternyata lebih menyiksa jika dibandingkan hidup bersama bapakku. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Kudorong lagi gerobakku untuk belok kearah pemukiman penduduk. Didalam benakku tergambar dengan jelas wajah polos ke-3 adik-adikku yang menungguku pulang dengan harapan akan membawa rejeki bagi mereka. Nasib sebagai seorang tulang punggung keluarga, tapi aku tetap memiliki harapan bagi ke-3 adik-adikku kedepannya. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Dari jauh aku sudah dapat melihat rumah kecilku teronggok bagai tumpukan sampah, karna memang kami tinggal didaerah tumpukan sampah. Hampir ribuan orang yang tinggal seperti aku didaerah ini, masih banyak lagi orang-orang diluar sana yang jauh tidak beruntung dibandingkan dengan aku, karena aku masih punya tempat bernaung dan juga masih dapat makan dengan cukup layak dua kali sehari. Kubayangkan wajah adik-adikku, mamad, andre, dan yuli. Sedih aku memikirkan jika aku setiap hari meninggalkan mereka untuk berdagang, dari subuh sampai hampir petang. Aku ingin kembali ke kampung halaman nantinya jika sudah cukup uang, karena ibu kota memang tak layak untuk orang-orang seperti aku, dan adik-adikku. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Aku yakin aku dapat memantapkan hati untuk kembali ke kampung, aku harus mampu dan aku harus bisa menghadapinya, karena memang sudah bertahun-tahun aku tinggal dilingkungan yang sangat kejam. Dimana semua berpusat pada uang dan uang. Tak ada uang maka aku akan teraniaya disini. Adik-adikku akan berkeliaran dijalanan. Aku tak mau hal itu terjadi, biar saja aku yang merasakan, aku yang menjalani semuanya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Kenapa kami harus hidup serba kekurangan bukanlah kesalahan kami, akan tetapi nasib sepertinya membuang kami karena kemiskinan yang kami sandang sejak lahir. Kami miskin, tapi kami bukanlah pemalas. Banyak orang kaya yang beranggapan bahwa miskin itu karena malas bekerja, akan tetapi justru merekalah yang tak pernah tahu rasanya berjuang untuk dapat makan tiap harinya. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Orang-orang seperti aku memang selalu dianggap sebagai sampah masnyarakat, karena kami tinggal didaerah pembuangan sampah, kami yang sering dikejar-kejar para seragam hijau karena dianggap merusak pemandangan. Kadang terasa aneh apa salah kami hingga mereka tega menghancurkan pekerjaan kami, sesuap nasi kami, padahal mereka berseragam yang pastinya mereka adalah aparatur Negara ini, tapi bukankah harusnya mereka mengayomi bukannya menendangi!!! Dulu ketika aku sekolah di SD guruku selalu bilang bahwa kita harus menghormati sesama manusia agar kita juga dihormati nantinya, kalau mereka para seragam hijau berjalan tidak pernah menghormati kami untuk apa kami juga menghormati mereka?<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Aku memang orang kecil, bodoh, tak pernah sekolah tinggi, tapi setidaknya aku masih mengerti arti sebuah Negara, hubungan antara Negara dengan rakyat dan hak-hak yang dimiliki oleh kami sebagai Warga Negara asli. Kami tidak pernah minta banyak dari petingi Negri ini, kami hanya ingin diberi tempat untuk bernafas sedikit saja untuk hidup, kami masih punya tenaga untuk bekerja sendiri hingga kami tak perlu mengemis dijalanan. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Akhirnya aku berdiri didepan rumahku, sepi. Kudorong lagi gerobakku dengan susah payah untuk dapat masuk kedalam teras rumahku yang hanya tertutupi papan tripleks. “ assalamualaikum....” aku mengucapkan salam dengan penuh semangat, dari dalam aku mendengar suara langkah kaki adik-adikku. “ waalaikum salam mbak.....” sahut mereka berbarengan. Pintu dari papan triplek pun terbuka, kulihat adik-adikku rebutan untuk menciumi tanganku. “ dagangannya habis mbak...? “ tanya Mamad, adikku paling besar, umurnya menginjak 7tahun tahun ini. “ alhamdulillah mad, hari ini Allah memberi kita rejeki cukup...” aku mengelus-elus rambutnya, kulihat matanya yang berbinar cerah memandangku. “ asiiiikkk.... berarti kita bisa nabung lagi mbak hari ini...” ucap Mamad lagi. Aku tahu dia begitu semangat untuk dapat mengumpulkan biaya sekolahnya. Aku hanya mengangguk untuk menenangkan hati mereka. “ mbak Mar, Yuli udah masakin makan malam, kita semua nungguin mbak untuk makan bareng. Kita makan yuk mbak...” Yuli adikku yang paling kecil, umurnya baru 5 tahun, mereka bertiga menggandengku dengan raut muka bahagia yang menjadisuntikan semangat untuk berjuang kembali.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Aku berjanji pada diriku sendiri untuk membawa mereka pergi dari tempat ini sesegera mungkin. Saat uang tabunganku cukup untuk hidup dan membangun rumah sendiri dikampung. Membuka toko kelontog dan menyekolahkan mereka sampai tamat dan menjadi orang. Tidak seperti aku yang selalu direndahkan dan dilecehkan orang. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Namaku Mari’ah, perempuan asli Yogyakarta yang terdampar di ibu kota, profesiku adalah penjual gorengan dikaki lima. Aku harus menanggung hidup tiga orang adik laki-laki dan perempuanku yang masih kecil. Aku berpikir lagi bagaimana aku dapat memberikan kehidupan yang layak bagi mereka jika uang hasil jualanku hanya cukup untuk makan sehari-hari. Kadang jika aku berjualan didepan sekolah-sekolah, aku membayangkan betapa bahagianya jika ke-tiga adikku dapat sekolah yang layak. Dulu aku pernah mendengar bahwa adanya sekolah gratis sampai SMP, tapi kenyataannya semuanya sama saja. Hanya janji-janji yang selalu diterima oleh orang-orang seperti aku, akan tetapi sekarang aku sudah tidak mempan lagi dibuai janji-janji seperti itu. Biarlah aku akan berusaha sendiri nantinya, demi ke-tiga adik-adikku.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Aku menatap sosok perempuan ayu didalam cermin, dengan rambut panjang terurai membungkus wajah oval yang lembut, tinggi badan sandart wanita-wanita indonesia lainnya. aku merasa jijik dengan wanita ayu didepanku ini. Setiap kali aku memandangi wajahku maka setiap itu pula aku mengingat bapak... bapak yang dulu pernah memperkosaku hanya gara-gara emak tidak lagi mampu memuaskan nafsunya, bapak yang dulu sempat aku puja dan sanjung tapi ternyata hanya tua bangka yang penuh nafsu birahi. Mataku terpejam lagi mengingatnya. Aku tak mau memanggil-manggil laki-laki itu lagi, tak akan pernah. Karena aku telah menancapkan sebuah pisau didadanya malam itu...<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><br />
</div>cahaya vienahttp://www.blogger.com/profile/06377995288847229197noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4731771743143001491.post-9602469801593985222011-02-08T02:57:00.000-08:002011-02-08T02:57:01.775-08:00bunga<div class="MsoNormal">oleh : cahaya viena</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Seperti Bunga...</span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Tak bisa menyentuh tapi bisa merasa</span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Tak bisa menyatakan tapi bisa mengungkapkan,</span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Tak bisa menangis tapi bisa mati...</span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Bunga hanya sebuah simbol,</span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Simbol ketakutan,</span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Hanya bisa menerima apa yang diberi,</span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Tak bisa menyatakan apa-apa,</span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Hanya bisa hidup atau mati...</span><span style="mso-ansi-language: EN-US;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN"><span style="mso-tab-count: 7;"> </span></span></div>cahaya vienahttp://www.blogger.com/profile/06377995288847229197noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4731771743143001491.post-89247968359984056512011-02-08T02:05:00.000-08:002011-02-08T02:05:18.223-08:00Rindu di Yogyakarta<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 16px;">oleh : cahaya viena</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 16px;">Sunyi. Gelap. Darah. Sakit....</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Oh Tuhan ini sakit sekali.....<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Gelap. Aku tak bisa mendengar dan melihat apapun sekarang, riuh orang berdatanganpun aku tak dengar lagi.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">******<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;"> Aku melihatnya disana, aku tak mungkin salah melihat orang. Itu Rara. Oh Tuhan itu benar-benar Rara, dia masih hidup. tapi pemakaman itu pemkaman siapa?</span></div><a name='more'></a><o:p></o:p><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Pikiranku melayang lagi pada saat itu, aku sendiri yang menghadiri pemakaman Rara, orang yang telah menemaniku hampir 4 tahun, dia meninggal karena gagal jantung. Jantungnya berhenti berdetak 2 tahun 5 bulan 27 hari yang lalu. Aku memang tidak melihat mayat Rara saat itu sehabis dibersihkan, karena peti matinya dipaku sampai rapat ketika </span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">aku</span><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;"> mulai berani menerima kenyataannya, akan tetapi aku berada satu mobil dengan jenazah saat menuju tempat pe</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">ristirahatan </span><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">terakhir Rara.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;"> Lalu siapa orang yang berdiri disana, semuanya sama, baik senyumnya, matanya, hidungnya, bibirnya semuanya yang ada pada Raraku ada pada dirinya. Mungkinkah ada orang yang memiliki kemiripan identik seperti ini. Aku berjalan pelan menghampirinya, aku ingin memastikannya sendiri. Sampai sekarang aku masih belum bisa menerima kepergian Rara sampai-sampai aku tak pernah lagi mencari penggantinya setelah kepergian Rara. Dua tahun tak cukup bagiku untuk menghapus kenangan-kenangan bersamanya. Hatiku ingin memastikan bahwa aku tidak berhalusinasi saat ini.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">“ pinten mbah ? “ aku mendengar suaranya dengan jelas. Hatiku ragu sesaat setelah mendengar suara itu, perempuan ini fasih berbahasa jawa, Rara tak pernah bisa berbicara bahasa jawa seperti itu. Bahkan Rara sangat jarang berlibur ke Jawa, hanya sesekali jika aku mengajaknya menengok Eyangku disini.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">“ 20 ewu nduk...” <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">“sedasa nggih mbah...” dia menawar-nawar harga kalung yang ada ditangannya itu, sangat mirip, semuanya. Aku bingung sendiri berdiri dibelakangnya seperti ini. meninggalkan kang Parto yang menemaniku jalan-jalan di Prambanan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">“ Rara...” aku memanggilnya lirih. Tapi dia tak menoleh sedikitpun. Tanganku bergerak hendak menggapai pundaknya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Aku tersentak dari lamunanku dan seketika dia melesat pergi meninggalkanku. “ Rara....” aku panggil dia lagi dan sekarang dia memang menoleh. Dia melihat kearahku, ada raut kaget dimukanya. Rara.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">“ maaf, nama saya bukan Rara, anda salah orang “ jawabnya tegas lalu tersenyum sambil berjalan menjauh dari penglihatanku. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">*****<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">“ ambulans. Panggil ambulans sekarang juga...” seseorang berteriak, tetapi aku tak bisa fokus lagi terhadap hal itu. Ini terlalu sakit...Tuhan cabut nyawaku sekarang juga....<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Putih...<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Semua serba putih...<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Apakah aku telah berada disurgamu Tuhan...<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">*****<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Pikiranku masih terbayang-bayang akan wajah perempuan itu, perempuan yang mirip dengan Raraku yang telah tiada. Siapa perempuan itu? Aku tak tahu kenapa takdir membawaku untuk bertemu dengannya sekarang, di Prambanan, sebuah candi yang dibuat karena cinta tak terbalaskan Bandung Bondowoso oleh Roro Jonggrang. Candi yang awalnya dibuat atas dasar cinta tapi rasa cinta itu berubah menjadi amarah tak tertahankan dari Bandung Bondowoso karena merasa dikhianati oleh pujaan hatinya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Bingung, rasa penasaran membuatku ingin mencari kebenarannya. Sedangkan rasionalitasku mengatakan bahwa aku harus bisa menerima kenyataan atas kematian Rara. Oh Tuhan...apa yang harus aku lakukan????<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Aku segera mengemudikan sepeda motorku kearah Malioboro. Melihat keramaian orang-orang berlalu lalang. Malam minggu di Malioboro sangat ramai, gerombolan-gerombolan anak muda saling bercanda disana-sini, banyak komunitas yang mencoba menunjukkan kebolehan mereka. Seperti yang sedang aku pandangi saat ini, ada pementasan teater dengan tema ‘ ketika rakyat kecil kelaparan “. Aku terhanyut sesaat kedalam pementasan tersebut ketika tak disengaja mataku melihat seseorang, dengan menenteng kamera dia menjeperet setiap seluk beluk kota ini. Rara. Tak pernah aku tahu bahwa Rara menyukai fotografi, Rara lebih senang menjadi obyek daripada subyek. Logikaku langsung berpikir dan aku langsung menghampiri dia. Perempuan yang sangat mirip dengan Rara.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">“ permisi...” ucapku didepannya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">“ iya...” dia memandangku heran karena aku tahu dia masih mengingat perjumpaan di Prambanan siang tadi.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">“ boleh kita bicara sebentar...”<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">“ kenapa ya...”<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">“ ada sesuatu hal yang ingin saya tanyakan pada anda...”<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">“ mengenai apa ya, perasaan kita belum pernah kenal dan saya masih ingat pertemuan kita tadi siang di Prambanan...”dia mulai mengerutkan kening, aku tahu dia mulai bingung dengan kedatanganku tiba-tiba.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">“ iya saya tahu kita belum pernah kenal akan tetapi itu yang ingin saya tanyakan pada anda, karena wajah anda sangat mirip dengan seseorang...”<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">“ oke...kita duduk disana...” dia menunjuk tempat duduk yang ada didepan Istana Presiden di Yogyakarta.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">“kamu kenal dengan orang yang ada difoto ini...” aku mengubah pembicaraan yang terasa sangat formal tadi agar tidak terkesan kaku. Aku mulai menunjukkan foto-foto Rara yang aku simpan didompetku. Aku bisa merasakan dia terperanjat saat melihat foto itu. Aku yakin bahawa ia memiliki hubungan dengan Rara, karena tidak mungkin ada dua orang yang memiliki kemiripan fisik secara sempurna kecuali....kembar identik.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">“ Randa Puspita Bilqis Priyatmoko....” ucapnya pelan. DEG!!itu nama lengkapnya Rara. Aku semakin yakin bahwa ia memiliki hubungan dengan Rara. Aku melihat dia menitikkan air mata. Aku tak tahu kenapa.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">“ apa hubungan Rara sama kamu? “ tanyaku lagi<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">“Rindu Puspita Bilqis Priyatmoko itu namaku, dia kakakku, kami kembar identik sejak lahir....”<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">“ kembar? Tapi Rara tak pernah cerita kalau dia punya saudara kembar setahuku dia adalah anak tunggal dari tante dan om Moko...” aku semakin bingung dengan semuanya. Empat tahun bersama dengan Rara tak pernah sedikitpun ia menyebut-nyebut punya saudara kembar.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">“ papa....papa pasti tak menceritakannya sama Rara. Iya papa...sifat papa yang terlalu lunak sama oma pasti mau melakukan apa saja yang oma katakan...”<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;"> “ apa yang sebenarnya terjadi...” desakku, aku semakin tertarik untuk mengetahui lebih jauh lagi<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">“ apa keyakinanmu...” aku tersentak kaget karena ia tiba-tiba menanyakan ini padaku,hal yang sangat sensitif untukku.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">“Kristen...”<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">“pantas saja oma merestui hubunganmu dengan kakakku...oma tidak </span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">mau </span><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">ada yang mengotori kesucian agamanya. Mamaku muslim, begitu juga aku...” kulihat Rindu menitikkan air matanya lagi saat mengenang semuanya. Aku bingung harus melakukan apa untuk menenangkannya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">“ papa menikahi mama diam-diam karena sebenarnya kedua belah pihak keluarga tidak ada yang setuju. Menurut mereka keyakinan adalah milik pribadi sedangkan tidak ada hubungan antara keyakinan dengan cinta...dan mereka meyakini cinta mereka direstui oleh Tuhan mereka masing-masing. Sampai akhirnya kami berdua lahir...”<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">“ Pada usia 2 bulan kami harus dipisah, tanpa pernah kenal satu samalain kami dipisahkan oleh perbedaan tadi. Oma bunuh diri karena merasa dikhianati oleh anak kesayangannya. Mama menyuruh papa untuk menemui oma agar cinta dan kebahagiaan mereka tidak ternoda oleh kematian seseorang. Mama memberikan Randa kakakku sama papa dan aku sendiri dirawat oleh mama di Jawa, di Pekalongan aku tinggal sama mama berdua...” <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Kami berdua terhanyut dalam suasana malam di Malioboro. Begitu indah hiasan lampu-lampu disini, menggambarkan keagungan Yogyakarta yang tak akan pernah pudar. Kami seperti berdua saja ditengah keramaian malam minggu di Malioboro. Aku seperti masuk kedalam kompleksitas masalah berdasarkan keyakinan. Pikiranku melayang lagi pada perjumpaan pertamaku dengan oma. “ apa agamamu...” kata-kata itu yang pertama diajukan oleh oma. Saat itu aku tersentak kaget dengan pertanyaan yang langsug seperti itu, akan tetapi aku tidak memiliki pikiran apapun saat itu. Asal hubunganku dengan Rara dapat berjalan mulus, hanya itu yang aku pikirkan. Sebuah pikiran anak SMA mungkin.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">“ apa kelainan Jantung yang dialami Rara itu turunan dari mama kalian...”<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">“iya, mama sudah tahu bahwa kakakku menuruni penyakit yang ia derita. Tapi mama tak pernah mengatakannya sama papa. Mama berpikir bahwa Rara akan dirawat dengan baik oleh papa, dan aku akan bisa merawat mama jika nanti aku besar...” Kedewasaan yang tak pernah dimiliki oleh Rara, aku bisa melihatnya dimata adiknya. Sungguh ironis, bagaimana jika posisi mereka berbalik, akankah Rara dapat sedewasa ini...<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">“ aku sangat kaget saat melihatmu di Prambanan tadi siang, aku hampir gila memikirkannya. Aku kira kamu itu Rara, Raraku yang manis. “<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">“ aku tahu, saat papa pertama melihatku ia sampai menitikkan airmata melihat kemiripan kami, begitu juga dengan tante Alena, istri papa setelah mama...” aku tersentak saat mendengar nama om dan tante Moko disebut. Berarti tante alena juga telah mengetahuinya....<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">“ mereka menemuiku setelah kematian Rara, setahun setelah Rara meninggal. Mereka memintaku untuk tinggal bersama mereka, papa bahkan memohon-mohon agar aku bisa tinggal dengan mereka....” angin berhembus sangat pelan saat itu, membelai wajah kami berdua yang terhanyut oleh pikiran kami masing-masing. Gemerisik dedaunan membuat alunan tersendiri dalam otak kami.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">“ bagaimana dengan mama kamu...”<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">“ mama sudah lama meninggal, tepat setahun sebelum Rara meninggal...” Rindu menitikkan air mata lagi. Aku tak bisa membayangkan betapa keras hidup yang telah ia alami, berjuang hidup bersama ibunya, terbuang dari saudara sendiri. Kedewasaan inilah yang ia dapatkan dari perjalanan hidupnya. Rindu. Nama yang sangat bagus. Aku yakin nama itu memiliki banyak arti dalam hidupnya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">“ aku tak akan tinggal dengan papa...” ucapnya tiba-tiba<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">“heh...kenapa? daripada kamu hidup sendirian....”<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">“ aku tak mau hidup terpenjara dalam kerangkeng agama. Aku meneruskan usaha mama sekarang, mama mengelola bisnis batik di Pekalongan. Sekarang sudah besar dan memiliki cabang di Yogya sama di solo. Setelah kuliahku disini selesai aku akan nerusin usaha mama dan buka galeri untuk foto-fotoku...” aku melihat senyumnya mengembang lagi. Ah, sungguh dewasa perempuan ini. andai ini Rara, tapi aku tak ingin berandai-andai sekarang. Yang lalu biarlah menjadi kenangan...<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Apa yang dialami Rindu lebih berat dari apa yang aku alami. Dia kehilangan semua dalam sekali tepuk dan ia tetap bisa berdiri dan tersenyum menantang angin yang berhembus kearahnya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Kulihat Rindu berjalan kedepan sambil melambaikan tangan padaku dan tersenyum riang untukku. Dia menunjuk kearah kantor polisi yang ada diseberang jalan malioboro dan menenteng kamera yang ada ditangannya. Tetapi aku langsung berlari kearah Rindu secepat mungkin, Rindu bingung melihat ekspresiku ada raut bingung bercampur takut dimukanya. Aku tak berkata apa-apa padanya, aku hanya berlari kearahnya dan segera mungkin mendorong tubuhnya kesamping.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Brrrrruuuuukkkkkkk..... bis jalur yang sedang ngebut menabrakku, bis yang harusnya menabrak Rindu. Tapi aku bahagia telah menyelamatkan Rindu, aku tersenyum pada Rindu yang berteriak histeris kearahku.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">“ aaaaaaaaaaaaaaarrrrrrrrrgggggggggghhhhhhhhhhhhhhhhhh.................”<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">*****<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">“ periksa denyut nadinya...ada pendarahan dikepalanya...” suara seorang dokter berusaha membuatku bernafas. Aku merasa tubuhku melayang diudara dan aku sangat terkejut ketika melihat Rara datang. Ya, ini Rara bukan Rindu. Raraku yang manis. Dia begitu manis dengan gaun putih yang ia kenakan. Aku menyambut uluran tangannya dan ia membawaku terbang. Aku merasa jiwaku terbebas dan aku bisa menumpahkan semua rasa rindu yang aku rasakan selama ini. untuk bersama Rara selamanya...<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">“ dokter... gimana,,,” tanya Rindu. Dokter hanya menggeleng pelan kearahnya. Dan isak tangis Rindu semakin menjadi. Oh Rindu, aku sangat bersyukur bisa bertemu Rindu di Yogyakarta.<o:p></o:p></span></div>cahaya vienahttp://www.blogger.com/profile/06377995288847229197noreply@blogger.com0